Kisah Nabi Musa dan Fir'aun dalam Al Quran


Kisah Nabi Musa dan Fir'aun dalam Al Quran - Cara Allah bercerita dalam Quran cukup membuat kita takjub. Saya berharap, cerita ini bisa berguna terutama untuk orang tua yang punya anak kecil sebagai pengganti cerita-cerita heroik di tv yang sama sekali kurang bermanfaat.

Kisah dalam Quran sangat luar biasa. Detailnya cerita di setiap ayat akan meniup pikiran kita seolah-olah Allah membawa Anda ke tempat kejadian dimana kisah diceritakan sehingga seolah-olah Anda sedang menyaksikannya sendiri. Tidak ada yang mengkisahkan sebuah cerita, yang lebih baik dari cara Allah mengkisahkannya dalam Al Quran. Setiap kisah memiliki tujuan tertentu dan tidak ada kisah yang tidak ada gunanya satu ayat pun.

Sebagai contoh, Allah mengkisahkan tentang Nabi Dawud dan Ǧālūt di dalam Surah Al Baqarah, di mana seorang pria muda bisa membunuh seorang komandan besar yang bernama Ǧālūt. Di sini, pasukan kecil mampu mengalahkan pasukan besar dengan seizin Allah. Kisah ini adalah pemberi semangat kepada kaum muslimin yang baru saja diperintahkan untuk melakukan perang  Badar untuk pertama kalinya. Allah menggunakan kisah ini untuk mendorong semangat tentara muslim yang jumlahnya sangat sedikit ketika melawan pasukan musuh yang lebih besar.

Semua kisah dalam Al Quran mempunyai tujuan dan makna yang berhubungan dengan tema umum dari surah, tidak ada rincian kisah yang tidak perlu. Bahkan ketika kisah diulang, selalu ada sesuatu yang luar biasa yang membahas tema dari surah tersebut.

Orang tua harus memahami kedalaman cerita ini dan dapat memberitahukannya kepada anak-anak dengan cara menarik. Saya akan mulai dengan kisah Nabi Musa a.s dan Fir'aun berdasarkan ayat-ayat Al Quran. Saya mulai dengan kisah nabi Musa yang terdapat di dalam Surat Asy Syu'ara.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): "Datangilah kaum yang zalim itu,
(yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?" (Asyu'ara 10-11)
Allah memerintahkan Musa untuk pergi kepada Firaun dan kaumnya.

Kemudian Nabi Musa meresponnya sesuai dalam Asy Syu'ara ayat 12-14

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku.
Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku, maka utuslah (Jibril) kepada Harun.
Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku"

Hal yang paling diperhatikan oleh Nabi Musa adalah masalah keberhasilan misi. Musa mengakui memiliki sifat marah sehingga ia takut kalau saja kaum-kaumnya memanggilnya sebagai pembohong, maka takutnya beliau marah. Ketika beliau sedang marah, ia tidak dapat berkomunikasi dengan menggunakan pikiran yang jernih dan ketika dia melakukan itu, ia takut misinya akan gagal. Jadi ia meminta perlindungan jika dia gagal, maka harus ada misi prioritas lainnya. Alasan lainnya adalah bahwa orang-orang firaun bisa saja membuat tuduhan terhadapnya dan bisa membunuhnya ketika ia sampai di sana.

Lalu Allah menjawabnya dalam ayat ke 15 :

Allah berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan),

Allah menjamin kepada Nabi Musa bahwa ia tidak akan dibunuh. Dengan memerintahkan untuk pergi berdua, menunjukkan bahwa Allah mengabulkan syarat atau permintaan Nabi Musa sesuai pada ayat 13.

Allah kemudian mengatakan bahwa Dia akan bersama Nabi Musa dan mendengarkan apa yang mereka katakan. Menariknya adalah Allah menggunakan kata 'mendengarkan' bukan menonton. Kata menonton sama saja dengan melihat dari kejauhan tapi kata mendengarkan menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan Musa. Jadi Allah dengan bahasa-Nya meyakinkan Musa bahwa Dia akan selalu dekat dengannya.

Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah olehmu: "Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam,
lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami".

Dari ayat 16-17, Sekarang Allah memberi pesan kepada Fir'aun lewat mereka dengan 2 pesan :
- katakan pada Fir'aun bahwa mereka berdua adalah utusan Allah
- dan harus membiarkan orang Israel pergi dengan mereka berdua

Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.
dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna. 

Bayangkan, Nabi Musa yang lari dari Mesir setelah dianggap melakukan kejahatan. Lalu dia kembali tanpa harus menyelinap ke Mesir, dia langsung pergi ke istana Firaun untuk berbicara dengannya. Tidak hanya itu, Dia datang ke Firaun dan mengatakan sebagaimana dalam ayat 16-17.

Menurut ayat 18-19, pada titik ini, Firaun berada dalam posisi kekuasaan berdasarkan percakapan ini. Firaun sangat cerdas pada masalah ini. Ia mencoba untuk memainkan emosi Musa. Menganggap Musa tidak bersyukur karena telah dibesarkan selama bertahun-tahun, mengangkatnya sebagai anak selama bertahun-tahun, menunjukkan kepadanya sebagai orang yang tidak setia dan tidak tahu berterima kasih. Ini merupakan serangan terhadap karakter Musa. Fir'aun mencoba untuk menguji tekad Musa, dia memang pintar dalam menyerangi dari segi psikologis. Disini Firaun menempatkan dirinya dalam posisi mengintimidasi.

Respon Nabi Musa yang terdapat dalam ayat 20-21 :

Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.
Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.

Jadi Musa membahas tuduhan pertama yang paling serius. Ia mengakui bahwa ia telah melakukan yang dianggap Fir'aun sebagai sebuah kejahatan. Lalu ia melarikan diri dari Fir'aun ketika pada saat itu beliau takut padanya. Kata saat itu menunjukkan bahwa saat ini ia tidak takut lagi dengan Fir'aun dan ini artinya bahwa teknik intimidasi Fir'aun tidak bekerja karena Musa tidak lagi takut padanya.

Nabi Musa mengatakan kepada Fir'aun bahwa Tuhannya memberi hikmat dan menjadikan Musa sebagai salah satu utusan-Nya. Musa tidak membiarkan dirinya mendapatkan intimidasi lagi oleh Firaun. Firaun mencoba untuk mengubah fokus dari diskusi (seperti politisi yang khas). Namun Musa tetap mengingatkannya bahwa ia telah dikirim oleh penguasa dunia.

Selanjutnya Nabi Musa berkata lagi dalam ayat 22 :

Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil".

Setelah menangani tuduhan terbesar Firaun, Musa membahas dua tuduhan lainnya. Ia mempertanyakan, jika Fir'aun melakukan kebaikan kepadanya, apakah itu berarti memberikan hak untuk memperbudak orang Israel. Musa mempertanyakan alasan dari Firaun melakukan perbudakan orang Israel. Musa mengangkat pertanyaan tentang pemikiran Firaun tersebut dengan mempertanyakan alasannya di depan para menteri kepala Firaun. Sekarang Firaun tidak memiliki pilihan lain kecuali bertanya pada ayat 23 :

Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"

Perhatikan bahwa Firaun tidak mengatakan 'Siapa', Dia mengatakan 'Apa'. Ketika dia mengatakan 'apa', ini menyiratkan bahwa Tuhan ini tidak ada. Jadi Firaun sedang mencoba untuk mengolok-olok Musa dengan mengatakan 'Apa Tuhan semesta alam ini?'. Di Mesir Kuno, Firaun dianggap 'dewa' dan mereka menyembah matahari.

Musa menjawab pada ayat 24 :

Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".

Nabi Musa mengatakan kepada mereka bahwa Tuhan ini adalah penguasa bumi termasuk Firaun dan langit yang meliputi matahari yang mereka sembah. dan segala sesuatu di antaranya. Musa mengatakan ini bukan untuk Fir'aun saja tapi untuk orang yang ada di istana saat itu. Dia telah menggeserkan fokusnya dari hanya kepada Fir'aun kepada seluruh pengikut Fir'aun karena mereka semua menyembah matahari dan menjadikan Fir'aun sebagai dewa. Ini adalah bentuk penghinaan lain untuk Fir'aun.

Firaun menjawab pada ayat 25 :

Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?"

Musa baru saja menantang semua keyakinan mereka dan tampaknya pengikut Fir'aun mendengarkannya sehingga Fir'aun semakin gugup dan bertanya apakah mereka menyadari apa yang dia katakan? Apakah mereka mendengarkan dengan seksama apa yang dia katakan? Dia mencoba untuk mengingatkan pengikutnya untuk tetap setia.

Musa terus menantang lagi dari keyakinan mereka pada ayat 26 :

Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".

Musa mengatakan kepada mereka bahwa  Allah bukan hanya penguasa langit, tapi Dia adalah Tuhan Firaun dan Tuhan dari nenek moyang Firaun yang mereka anggap dewa. Dia melakukan semua ini di depan Firaun dan para pendengarnya. Musa telah mengambil kontrol penuh dari percakapan ini.

Para pengikut Firaun mendengarkan Musa, lalu Firaun berkata pada ayat 27 :

Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".

Pengikut Fr'aun tampaknya mendengarkan Musa begitu banyak sehingga Firaun semakin gugup dengan melempar tuduhan kepada Musa sebagai orang gila. Jadi Fir'aun sekarang menuduh Musa sebagai tidal loyal, berbuat kejahatan dan tidak waras.

Musa mengabaikan tuduhan ini dan melanjutkannya pada ayat 28 :

Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".

Musa mengatakan, jika kalian menerapkan kecerdasan dan menggunakan pikiran, apa yang dia katakan adalah sangat meyakinkan.

Firaun menjadi sangat marah sekarang dan meresponnya pada ayat 29 :

Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".

Firaun mulai marah sekarang karena pengikutnya mendengarkan Musa. Jadi Fir'aun mengancam dia dengan mengatakan jika Musa menganggap ada tuhan lain selainnya maka akan menempatkannya di penjara.

Kemudian Musa menjawab pada ayat 30 :

Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?"

Apakah Anda akan memenjarakan Saya bahkan jika saya dapat menunjukkan bukti yang jelas? Musa sangat cerdas di sini. Dia membawa tantangan kepada Firaun dan mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki bukti yang jelas untuk dia. Firaun pasti gengsi untuk mundur dari tantangan itu di depan pengikutnya. Jika ia tidak ikut tantangan Musa, itu berarti dia mengakui kekalahan di depan pengikutnya. Firaun telah terpojok, dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima tantangan tersebut.

Jadi ia menerima tantangan pada ayat 31:

Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".

Firaun menerima tantangan Musa.

Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.
Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.

Musa menunjukkan kepada Firaun tanda-tanda yang jelas yang diberikan Allah kepadanya, lalu dalam ayat 34-35 :

Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,
ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"

Pada zaman kuno, jika ada kehilangan loyalitas dari kalangan pembesar kerajaan maka mungkin terjadi adanya kudeta. Firaun melihat bahwa para pembesar kerajaan menjadi kagum dengan penjelasan Musa sehingga Firaun yang juga selalu menjadikan pembesar sebagai penasihat, maka Fir'aun harus mempertahankan jangan sampai mereka ngikut kepada Musa.Sehingga Fir'aun membuat tuduhan lain yakni Musa adalah tukang sihir.

Kalau kita pikir secara logika, bagaimana mungkin Musa yang dianggap sebagai orang gila dan pada saat yang sama menjadi seorang penyihir. Dalam saat yang sama, Firaun telah menyebut Musa sebagai ahli sihir dan juga orang gila.

Kali ini Firaun sedang mencoba untuk membuat para pengikutnya merasa takut oleh Musa. Taktik menakut-nakuti telah digunakan untuk jangka waktu yang lama oleh para pemimpin termasuk Firaun. Semua taktik menakut-nakuti Musa telah gagal total sehingga Fir'aun mencoba untuk membuat para pengikutnya merasa takut oleh Musa.

Pemimpin saat ini juga masih menggunakan taktik menakut-nakuti untuk membuat orang-orang tetap setia. Jika mereka sudah takut terhadap musuh, maka penguasa dapat membangun persatuan dengan kelompoknya dalam melawan musuh.

(Bersambung atau baca disini)

Tag : kisah Nabi Musa
Back To Top