Ta'aruf Dalam Islam



Sebelum Saya membahas masalah yang berkaitan dengan ta'aruf dalam islam, alangkah lengkapnya kalau Saya kasih dulu info tentang arti ta'aruf. Disini Saya akan kasih pengertian ta'aruf dahulu agar batasanya jelas.

Ta'aruf menurut bahasa, merupakan asal kata dari ta'aarafa, yata'aarafu, ta'aarufan, artinya berkenalan atau saling mengenal atau usaha seseorang untuk mengenal yang lain. Dengan demikian apapun kegiatan yang ujung-ujungnya seseorang mengenal seseorang, maka secara umum dinamakan ta'aruf. Misalnya ketika di halte bis kota, karena kelihatannya orang pada manyun semua, maka Saya memberanikan diri untuk menyapa seorang bapak-bapak, tanya sana-tanya sini, akhirnya tanya nama, alamat dan lainnya, itulah dikatakan ta'aruf.

Begitu juga, ketika Saya sedang diam duduk di bangku terminal lagi nunggu bus, tiba-tiba datang seorang wanita, bertanya nanyain bus jurusan tertentu, nanya sana sini, hingga akhirnya mengenal nama alamat dan lain sebagainya. Itu juga dinamakan ta'aruf atau perkenalan dalam Islam.

Kalau kita berbicara dengan anak, berbicara dengan bawahan, berbicara dengan atasan, berbicara dengan orang yang sudah lama dikenal dan berbicara dengan orang baru, maka pasti gaya bahasa, intonasi kata, bahasa yag dipakai juga berbeda. Begitu juga dalam hal berkenalan, baik antara sesama jenis maupun dengan lawan jenis, maka punya aturan yang berbeda pula.

Untuk berkenalan dengan sesama jenis, Saya kira tidak usah dibahas disini, yang mesti diperhatikan adalah berkenalan antara sesama jenis. Inilah kemudian yang sekarang dikatakan ta'aruf. Jadi makna ta'aruf di Indonesia sudah menyusut maknanya dari perkenalan secara umum menjadi perkenalan yang lebih khusus yakni antara perkenalan laki-laki dan wanita sebelum menikah. Namun jangan diartikan bahwa ta'aruf adalah bentuk lain dari pacaran. Ta'aruf bukan cara mencari jodoh pada umumnya. Ta'aruf berbeda jauh dengan pacaran, seperti bedanya langit dan bumi. Ta'aruf adalah salah satu cara mencari pasangan hidup/jodoh dalam Islam.


Pacaran sama sekali tidak mengindahkan nilai kepatutan syariat dalam Islam, seperti berpegangan tangan, mencari tempat sunyi untuk mengobrol berdua, jalan berdua, makan berdua, boncengan motor berdua dan lain sebagainya. Begitu juga dengan kirim SMS, Whatsap, status yang sifatnya lebih pada bualan tanpa ada mafaat dan tujuan, maka dikategorikan pacaran.

Beda ta'aruf dengan pacaran, pacaran akan menimbulkan asumsi atau prasangka atau fitnah dari orang yang melihat pergaulan antara 2 orang sejenis ini. Makanya di dalam ta'aruf, harus ada minimal 1 orang lain yang sudah balig dari pihak keluarga calon istri yang ikut nimbrung ketika bersama atau melakukan perkenalan.

Selain itu, ta'aruf benar-benar dilakukan hanya tujuan untuk perkenalan mendekati pernikahan, misalnya 2 minggu atau sebulan menuju pernikahan. Jika ta'aruf dilakukan selama 2 sampai 3 bulan bahkan sampai setahun, maka masuknya pacaran, bukan ta'aruf dan ini mengandung kemadharatan dan maksiat. Tema yang dibicarakan saat ta'aruf adalah hal yang realitas yang akan dihadapi ketika akan melakukan pernikahan dan setelahnya, jadi bukan janji omong kosong, rayuan gombal dan lain sebagainya yang berujung pada hawa nafsu.

Rosululloh pun telah memberi sinyal bagi mereka yang akan menikahi seorang wanita, maka seorang calon suami harus mendatangi calon istrinya untuk melihat kecantikan wajahnya, apakah sesuai harapan atau tidak, disamping juga melihat keturunan, kekayaan dan agamanya. Rosul memerintahkan demikian, tentu banyak hikmahnya. Jadi bagi calon suami, jangan sekali-kali melakukan ta'aruf hanya dengan melihat foto calon istrinya yang terpampang di profil media sosial atau lewat video Youtube misalnya. Kenapa ? Karena foto dan video bisa menipu, apalagi zaman sekarang yang semuanya serba bisa dipoles. Foto kita yang amburadul pun bisa dipoles menjadi lebih cantik dengan software pengedit gambar.

Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa antara ta'aruf dan pacaran bisa dibedakan berdasarkan maksud dan manfaat. Maksud ta'aruf adalah mengetahui kriteria calon pasangan yang akan dinikahi, sedangkan pacaran lebih mendekati maksiat, zina dan kenikmatan sesaat. Jadi Anda bisa langsung menarik kesimpulan bagaimana hukum berpacaran dalam Islam ?

Ada setidaknya 5 manfaat dari ta'aruf apabila dibandingkan dengan pacaran yang madharat, yakni :
  • Jauh dari zina, karena di dalam ta'aruf tidak ada istilah berduaan, harus ada pihak ketiga yang menemaninya.
  • Jauh dari prasangka, maksudnya dengan ta'aruf langsung mendatangi rumahnya, mengobrol bersama keluarganya, bicara jujur dengan keadaan sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi dari kedua belah pihak dalam hal kelebihan dan kekurangan calon suami istri masing-masing, sehingga keduanya menerima akan kekurangan dan lelebihannya tersebut.
  • Hemat waktu, soalnya kita langsung bertanya kepada keluarganya tanpa tedeng aling-aling, kalau cocok ya lanjutkan, kalau tidak cocok ya dihentikan. Tidak seperti pacaran yang butuh berbulan-bulan dan bertahun-tahun hanya sekedar untuk mengetahui watak masing-masing.
  • Hemat biaya, ini pasti soalnya keduanya enggak perlu banyak keluar kelayapan seperti orang pacaran yang nonton bareng ke bioskop, jajan ke mall, jalan ke tempat wisata berdua yang betul-betul malah membuang-buang uang.
  • Proses cepat, artinya jika sudah menemukan kecocokan, dapat langsung melakukan pernikahan, jika tak cocok berhenti saja dan nyari yang lain yang lebih cocok tanpa harus didahului dengan putus nyambung berulang-ulang yang menyakitkan hati.


Lalu bagaimana cara atau langkah-langkah melakukan ta'aruf itu ? Nah, agar ta'aruf ini bisa kita praktekan dengan benar, silahkan ikuti langkah-langkah atau proses ta'aruf dalam Islam sebagai berikut :
  • Dahului dengan sholat istikhoroh tentang wanita pilihan kita. Minta kepada Allah apakah wanita tersebut baik buat kita untuk masa depan kita di dunia dan di akhirat ? Cari hasilnya sampai ketemu walaupun harus melakukan sholat istikhoroh berkali-kali. Dan jika kita sudah merasa bulat akan keputusan kita untuk berta'aruf dengan wanita tersebut, lakukan langkah selanjutnya.
  • Bicara pada orang tua atau sesepuh atau guru kita tentang niat kita bersilaturrahmi atau berta'aruf dengan pihak keluarga wanita. Atur jadwal sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
  • Saat bertemu, galilah pertanyaan sedalam-dalamnya antara kedua belah pihak untuk saling mengenal sambil didampingi mahramnya. Obrolan awal bisa seputar hal-hal yang ringan atau tahap perkenalan, dilanjutkan dengan mengenal kelebihan dan kekurangan masing-masing, selanjutnya membicarakan hal yang lebih berat yakni tujuan ta'aruf yakni pernikahan.
  • Undang juga keluarga wanita untuk berkunjung kepada keluarga laki-laki untuk lebih mengenal lebih jauh keadaan laki-laki baik keluarganya maupun tempat tinggalnya.
  • Jika masing-masing sudah menemukan kecocokan, segera tentukan tanggal khitbah atau lamaran, jangan ditunda-tunda dengan berbagai alasan apapun. Jika menemukan ketidakcocokan, segera akhiri ta'aruf dengan baik tanpa mengesampingkan atau memutuskan nilai silaturrahmi.
  • Lanjutkan dengan menentukan waktu pernikahan, sehingga keduanya bisa bebas saling memadu kasih dan disinilah waktunya pacaran dalam Islam, yakni setelah menikah.
Semoga artikel tentang ta'aruf menurut Islam ini bermanfaat buat Anda semua pembaca blog Tentang Islam. Share jika bermanfaat.


Tag : Taaruf
Back To Top